Search This Blog

Bukit Zaitun

Bagi umat kristiani, Bukit Zaitun memiliki makna signifikan. Bukit ini menjadi saksi beragam kisah suka duka umat Tuhan. Di tempat inilah Yesus mengajarkan doa Bapa Kami. Dari tempat ini pula Yesus menyampaikan pesan eskatologis-Nya dan naik ke surga.
Dalam rubrik Musafir edisi Mei 2006 saya pernah menuliskan kisah perjalanan saya ke Bukit Three Sisters (Tiga Saudari) yang berada di wilayah Blue Mountains, New South Wales, Australia. Kali ini saya berbagi kisah tentang bukit lain yang jauh lebih populer, yaitu Bukit Zaitun.
GUNUNG SKANDAL
Bukit Zaitun terletak di sebelah Timur Yerusalem dan dipisahkan oleh Lembah Kidron. Bukit ini pun memiliki tiga puncak. Puncak pertama di utara. Puncak yang memiliki tinggi 818 meter ini oleh umat Kristen disebut Viri Galilaei atau orang-orang Galilea.
Puncak kedua berada di tengah. Puncak dengan ketinggian 808 meter ini dikenal sebagai tempat Yesus naik ke surga. Saya dan isteri menghabiskan cukup banyak waktu di tempat ini. Saya mencoba membayangkan betapa campur aduknya perasaan orang-orang yang menyaksikan Yesus naik ke surga dari tempat ini.
Puncak ketiga yang berada di Selatan dengan ketinggian 734 meter disebut Gunung Skandal. Kok aneh sih namanya? Konon di tempat inilah dulu Raja Salomo mendirikan tempat pemujaan dewa-dewa yang dianut isteri-isterinya. Skandal apa yang dilakukan Salomo? “Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta” (1 Raj. 11:1-2).
Bukan hanya itu, Salomo pun bertindak lebih jauh lagi dengan mendirikan bukit pengorbanan bagi mereka (1 Raj. 11:5-8). Perjanjian Lama bahkan memberinya nama Bukit Kebusukan (2 Raj. 23:13).
BERAGAM KISAH MANUSIA
Saat mengunjungi tempat ini bersama rombongan yang saya pimpin.Jerryas, pemandu lokal kami, sering mengucapkan kata-kata: “Inilah tempat Yesus pernah menjejakkan kaki-Nya.” Ucapannya itu bisa kita runut di Alkitab.
Bukit Zaitun menyimpan kisah suka maupun duka. Ketika Absalom melakukan kudeta terhadap ayahnya, Daud melarikan diri ke bukit ini. “Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut.” (2 Sam. 15:30).
Yesus amat akrab dengan tempat ini. Banyak waktu yang dihabiskan bersama murid-murid-Nya di sini. Ketika hendak masuk Yerusalem, Yesus meminta kedua murid-Nya mencarikan keledai di suatu tempat yang bernama Betfage (Mat. 21:1-2).
Para murid-Nya pun bertanya tentang akhir zaman di bukit ini (Mat. 24:3). Di Bukit Zaitun ini pula Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa iman mereka akan goncang. Peristiwa ini terjadi sebelum Petrus menyangkali-Nya sebanyak tiga kali (Mat. 26:30). Bahkan di tempat ini pulalah Yesus bermalam setelah mengajar di Bait Allah pada siang harinya (Luk. 21:37).
TAMAN GETSEMANI
Pada zaman Yesus, bukit ini memang dipenuhi oleh pohon zaitun (Ibrani zayit; Yunani elaia). Namun, hutan lebat penuh pohon zaitun itu telah gundul pada zaman Titus. Ketika saya ke sana, pohon zaitunnya tinggal jarang-jarang.
Salah satu peristiwa yang sangat kita kenal juga terjadi di Bukit Zaitun. Di kaki Bukit Zaitun, sekarang berdiri Gereja Segala Bangsa, terdapat taman yang dipenuhi pohon zaitun. “Pohon zaitun ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Yesus,” ujar pemandu wisata. Batangnya memang kelihatan sudah sangat tua, sehingga seperti bonsai, tetapi ukurannya besar (kok ada bonsai besar he, he, he). Taman ini indah. Di taman yang kita kenal dengan nama Getsemani inilah Yesus berdoa dengan sangat serius sehingga “peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk. 22:44).
Jika kita menuruni Bukit Zaitun kita akan melihat Gereja Pater Noster (Bapa Kami). Di gereja ini ada doa Bapa Kami dalam bahasa Indonesia dan Jawa. Setelah melewati gereja ini kita akan menemui Gereja Dominus Flevit (Tuhan Menangis). Di tempat inilah Yesus menangis. Gereja ini dibangun pada 1891 untuk memperingati peristiwa itu. Dari jendela kaca di altar, kita bisa menjenguk kota Yerusalem.
Apa yang Yesus tangisi? Ketika menyusuri punggung bukit di sebelah selatan, begitu Dia melihat Yerusalem dari punggung Bukit Zaitun itu, Dia menangis karena tahu masa depan kota itu. “... Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau” (Luk. 19:41-44).
JEJAK KAKI YESUS
Di bukit ini jugalah Yesus naik ke surga. Di sini dibangun bangunan bundar dengan atap terbuka yang dinamai Imbomon. Di dalamnya ada bekas jejak kaki di atas batu yang diperkirakan sebagai jejak kaki Yesus ketika naik ke surga. Sampai sekarang jejak kaki itu masih terpelihara dengan baik.
Saya mencoba berdiri di atas jejak yang sama sambil menengadah ke atas dan membayangkan malaikat yang menegur orang-orang Galilea: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis. 1:11).
Yang menarik, di lereng Bukit Zaitun ini ada makam orang Yahudi yang tertua dan terbesar. “Karena tempatnya terbatas, harganya jadi mahal sekali,” ujar Jerryas. “Ditambah lagi banyak orang non-Yahudi juga ingin dikubur di sini, karena mereka ingin saat dibangkitkan nanti berada di tempat yang tepat.” Rupanya mereka mempercayai nubuat Nabi Yoel. “Aku akan membawa mereka ke Lembah Yosafat...” (Yoel 3:1-2).
Pada kedatangan Kristus yang kedua kali, sering disebut 4K, Bukit Zaitun akan kembali menjadi saksi sejarah. “Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem di sebelah timur. Bukit Zaitun itu akan terbelah dua dari timur ke barat, sehingga terjadi suatu lembah yang sangat besar; setengah dari bukit itu akan bergeser ke utara dan setengah lagi ke selatan” (Zak. 14:4).
Saat berada di Bukit Zaitun ini, saya merasa Tuhan menuntun saya dalam pemahaman yang lebih mendalam tentang Yesus, kasih dan karya-Nya di muka bumi

No comments:

Post a Comment