Search This Blog

Tak Sekedar Kerja

Suatu sore di akhir September lalu, di jalan desa seorang ibu setengah baya
baru pulang dari ladang sambil menarik gerobak.
Sebagian besar hasil ladangnya berupa rempah-rempah dan kemiri menumpuk di
gerobaknya.
Tiada senyum memancar di wajahnya.
Di saat yang sama dari arah berlawanan seorang gadis tersenyum menyapa,
"Selamat sore, Bu."
Si ibu hanya membalas dengan anggukkan kepala.
"Wah, hasil ladangnya banyak ya?" sapa si gadis kembali dengan harapan si
ibu bisa tersenyum.
Dengan suara parau ibu itu menjawab, "Semua ini hanya mampir sebentar di
rumah, besok sudah dijual; dan uangnya pun langsung habis untuk biaya makan
dan biaya sekolah anak. Seperti inilah hidup kami dari waktu ke waktu."
'Inilah hidup kami dari waktu ke waktu'.
Rutinitas kerja kerap menjebak seseorang dalam keterasingan dengan dirinya.
Semua terasa membosankan, melelahkan.
Proses kerja tak lagi dipandang sebuah harapan, dan hasilnya sering kali
dianggap 'biasa-biasa saja'.
Imbasnya adalah tak lagi senyuman dan ucapan syukur dari hati dan mulut.
Kebanyakan dari kita sering terjebak dalam pola pikir yang keliru. Menilai
pekerjaan hanya diukur dari sukses dan untung.
Tentang hal ini Ibu Teresa dari Kalkuta berkata,
"Kita tidak dapat membuat sesuatu yang besar. Kita hanya mampu melakukan
sesuatu yang kecil dengan cinta yang besar."
Dalam bekerja terkadang kita lupa, bahwa rejeki dan berkat yang kita cari
itu berasal dari Allah.
Terkadang kita lupa, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah
(Rom 8:28).
Mari kita persembahkan setiap kerja dan usaha kita kepada Allah pemberi
hidup. ("_")

No comments:

Post a Comment